Bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten Tulungagung, beberapa waktu lalu dilaksakan kegiatan penyerahan buku dokumen hasil kajian kepurbakalaan Goa Tenggar. Penyerahan ini dilakukan oleh Agus Pamungkas, M.Si Kepala Bidang Penelitian Pengembangan dan APP, mewakili Kepala Bappeda Tulungagung kepada Drs. Supriyadi, MM Guru Sejarah SMU 1 Kedungwaru mewakili Forum Guru Sejarah Tulungagung.
Pada kesempatan ini, Kabid Litbang APP, mengatakan bahwa kajian terkait dengan kepurbakalaan Goa Tenggar dengan judul “Kajian Rencana Pengembangan Obyek Wisata dan Kepurbakalaan Bidang Paleoantropologi – Paleoontologi dan Geologi Goa Tenggar, Desa Tenggarejo Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung”, merupakan hasil kajian Bidang Litbang APP Bappeda Tulungagung bekerjasama dengan tim ahli dari Universitas Airlangga Surabaya di tahun 2018. Bahkan hasil kajian ini telah di presentasikan pada acara pertemuan IPPA “Indo Pacific Prehistory Asociation” ke -21 di Kota Hue – Vietnam tanggal 23 – 28 September 2018, yang dihadiri lebih dari 50 negara asia pasifik dan eropa.
Goa Tenggar, merupakan salah satu goa yang berada di Desa Tenggarejo Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung. Menurut informasi, goa ini memiliki panjang lebih dari 2 km, dengan lebar dan tinngi goa yang bervariasi. Disamping itu, goa ini memiliki stalakmit dan stalaktit yang menajubkan dan terus tumbuh sampai saat ini. Hal ini dikarenakan di atas goa ini terdapat uvala (cekungan tertutup yang luas dan didalamnya terdapat air) yang resapan airnya masuk kedalam goa, sehingga memberikan andil dalam proses pembentukan stalaktit dan stalakmit tersebut.
Sebenarnya yang lebih mencengangkan lagi adalah temuan fosil – fosil purba yang menempel di dinding – dinding goa, serta dalam tanah disekitar mulut goa. Dalam penelitian yang dilakukan Bappeda ini menemukan fosil hewan antara lain family Bovidae, dengan beberapa jenis seperti Bubalus sp. (Kerbau) Bos sp. (Banteng), family Cervidae dengan jenis antara lain Cervus sp. (rusa/ kidang) dan family Suidae dengan jenis seperti Sus sp. (Babi). Selain jenis fauna terrestrial, terindikasi pula fauna dari Klass Reptilian, Ordo Testudinata, yaitu kura – kura. Selanjutnya dari kota geotrech 1 ditemukan berbaga artefak purba yang mengindikasikan bahwa goa ini dulunya menjadi tempat hunian manusia purba, antara lain : fragmen gerabah di jaman neolitikum, cangkang buah kemiri, Batu Giling, gigi gajah purba. Dengan adanya temuan gigi gajah purba ini, menjadi tambahan data temuan fauna gajah di Tulungagung. Hal ini bisa jadi mengindikasikan, Tulungagung merupakan tempat terakhir keberadaan gajah purba di pulau Jawa. Keberadaan temuan sisi gigi gajah ini, memperkuat gambaran lingkungan purba Goa Tenggar dan sekitarnya yang berafiliasi dengan masa Pleistosen Akhir – Holosen Awal, dengan skala tahun geologi kurang lebih 2.588.000 sampai dengan 11.500 tahun yang lalu.
Dengan hasil kajian ini, diharapkan mampu memberikan informasi dan khasanah baru terkit dengan kepurbakalaan di Tulungagung, selain kawasan Song Gentong dan kawasan penemuan homo wajakensis. “Kami sangat mengapresiasi hasil penelitian dan kajian kepurbakalaan yang telah dilaksanakan oleh Bappeda. Hasil kajian ini sangat berarti bagi kami, dan menjadi hal serta ilmu pengetahuan baru yang nantinya akan kami gunakan sebagai bahan ajar sejarah Tulungagung”, kata Pak Pri. “Kami mengharapkan hasil kajian ini mampu memberikan arti lebih bagi ilmu pengetahuan dan pelestarian serta pengembangan kawasan Goa Tenggar, sebagai kawasan wisata dan laboratorium alam kepurbakalaan di Tulungagung”, kata Pak Agus. (aisi-litbangapp)
Bagikan: